Antara Tanjung Pasir dan Kuta
Allah memberkahi Indonesia dengan keindahan
alam yang sangat luar biasa, salah satunya adalah pantai. Di Indonesia banyak
sekali pantai yang menyuguhkan keindahan fanorama alam yang menawan. Sebut saja
yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia adalah pantai
Kuta di Bali dan pantai-pantai lainnya yang juga memiliki potensi yang luar
biasa tetapi masih terlalu asing bahkan untuk orang Indonesia sendiri, seperti pantai
Tanjung Pasir (Promontory of sand Beach) yang ada di Teluknaga
Tangerang Banten.
Kabupaten Tangerang
Banten, mempunyai potensi bahari dengan garis pantai Utara-nya yang panjangnya
berkisar 50 KM, dari Pantai Dadap sampai Pantai Kronjo yang meliputi 7 kecamatan,
yaitu: Kosambi, Teluknaga, Paku Haji, Kronjo, Sukadiri, Kemiri dan Mauk. Salah
satu kawasan wisata bahari yang cukup ramai dikunjungi orang saat liburan, baik
liburan akhir pekan atau liburan nasional lainnya adalah pantai Tanjung
Pasir yang masuk wilayah kecamatan Teluknaga.
Sekilas tentang Teluknaga
Teluknaga adalah salah satu Kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Tangerang dengan Jumlah penduduk kurang lebih sekitar 500.000 Jiwa
yang tersebar ke dalam 13 desa. Mayoritas masyarakat Teluknaga tergolong ke
dalam Betawi Pesisir meskipun ada juga yang tergolong Betawi udik.
Wilayah yang saat ini dipimpin oleh seorang Camat bernama Mulyadi,S.Sos.M.Si
ini memiliki batas-batas wilayah yang antara lain:
·
Sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Jawa
·
Sebelah Timur
berbatasan dengan kecamatan Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta, dan Laut Jawa.
·
Sebelah Selatan
berbatasan dengan desa Salembaran Jati
·
Sebelah Barat
berbatasan dengan desa Tegalangus, dan desa Tanjung Pasir
Menuju ke pantai
Tanjung Pasir yang jaraknya berkisar +/- 29 KM dari Kota Tangerang atau +/-
25 KM dari exit pintu M-1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta melalui
jalan Marsekal Surya Darma (Jalan Selapajang). Setelah itu melewati daerah
Kampung Melayu Teluknaga, selepas pasar Kampung Melayu maju sekitar 200 meter
ambil arah kanan persis di depan sekolah Strada, kita sudah memasuki jalan Tanjung
Pasir. Dimana setelah memasuki jalan Raya Tanjung Pasir para pengguna jalan
akan disuguhkan dengan suasana pedesaan yang cukup bersih dan rapi, dengan
jalan yang bagus, berkisar 15 menit menuju Pantai Tanjung Pasir. Selain itu
pengguna jalan akan pula disuguhi puluhan rumah makan/saung-saung ala seafood
dengan bangunan bambu di sebelah kiri jalan dan beberapa di sebelah kanan yang siap
menanti setiap orang yang ingin mampir makan dengan menu spesial ikan bakarnya.
Kondisi jalan menuju ke pantai cukup
bagus, dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi dengan layanan interlokal,
jaringan listrik dan prasarana air bersih
Selain itu, tepatnya
di Jalan Tanjung Pasir KM.7, kita akan temui papan nama besar tertulis Tanjung
Pasir Resort-Fishing, Hotel, Cafe, Restaurant and Pool dan di sebelah kanan
ada Taman Buaya Tanjung Pasir-Taman Rekreasi & Hiburan, tempat
penangkaran buaya, dengan ciri khas di depannya ada patung buaya besar. Tempat
di atas tersebut hanya terdapat satu saja sepanjang jalan menuju Pantai Tanjung
Pasir, karena lebih didominasi dengan tempat-tempat bernuansa tradisional. Hal
tersebut sangat jauh berbeda dengan keadaan menuju pantai Kuta Bali,
dimana sangat didominasi dengan tempat-tempat modern (pertokoan, hotel, cafe,
restoran, tempat pemancingan modern, dan lain-lain).
Setelah melewati
gapura Selamat Datang Di Desa Tanjung Pasir, sekitar 200 meter melewati
rumah-rumah penduduk setempat, pintu Selamat Datang di Kawasan Wisata Pantai
Tanjung Pasir-Penyeberangan Pulau Seribu dengan penjagaan beberapa orang
untuk menyodorkan tiket tanda masuk, barulah kita menemui suasana pantai dengan
perahu-perahu kayu siap mengantar kita ke Pulau Seribu, karena pantai Tanjung
Pasir ini merupakan salah satu akses menuju Kepulauan Seribu.
Berbeda dengan tempat
wisata pantai lainnya, pantai Tanjung Pasir tidak terdapat toko-toko
yang menjual buah tangan untuk para pengunjung, selain itu kondisi air laut
pantai ini tidak seperti pantai wisata lainnya, yaitu bersih dan biru, karena
kondisi air laut pantai Tanjung Pasir sangat kotor dan tidak menarik.
Tapi hal tersebut tidak menjadikan pantai Tanjung Pasir sepi pengunjung.
Yang menjadi daya tarik utama pantai ini adalah, karena pantai Tanjung Pasir
merupakan akses untuk berkunjung ke Pulau Untung Jawa (salah satu pulau
di Kepulauan Seribu) dan wisata pantai terdekat bagi warga masyarakat kota dan
kabupaten Tangerang. Oleh karena merupakan akses untuk berkunjung ke Kepulauan
Seribu itulah penulis berkeyakinan bahwa Pantai Tanjung Pasir akan mengalami
kemajuan tiap tahunnya, terlebih lagi setelah dicanangkannya pantai Tanjung
Pasir sebagai wisata pantai berkapasitas mancanegara.
Untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan, pantai Tanjung Pasir haruslah
bercermin pada pantai Kuta Bali. Bercermin disini bukan dalam artian meniru
budaya masyarakat sekitar pantai Kuta, tetapi meniru pelestariann alamnya yang
baik. Diantara usaha pemerintah setempat untuk
menguatkan citra Tanjung Pasir sebagai kawasan pariwisata adalah sering
digelarnya pesta nelayan yang diselenggrakan setiap satu tahun sekali.
Pantai Kuta adalah sebuah tempat
pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta
terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan
wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali
sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam
(sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.
Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran
dan tempat permandian serta menjemur diri. Selain keindahan pantainya, pantai
Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan
restoran di sepanjang pantai menuju pantai Legian. Rosovivo, Ocean Beach Club, Kamasutra, adalah
beberapa club paling ramai di sepanjang pantai Kuta. Berbeda bukan dengan
keadaan pantai Tanjung Pasir, di Tanjung Pasir tidak mungkin ditemukan club
seperti di Bali. Pantai ini juga memiliki ombak yang cukup bagus untuk olahraga
selancar (surfing), terutama bagi peselancar pemula.
Pantai Kuta, pantai yang terkenal karena
sunsetnya, selalu menjadi pilihan utama bagi wisatawan domestik maupun asing
yang berlibur ke Bali. Pantai dengan pasir putih ini membentang panjang sampai
ke kawasan airport Bali I Gusti Ngurai Rai dan kawasan wisata Seminyak
atau Kerobokan.
Di siang hingga sore hari, Pantai Kuta banyak
digunakan sebagai kegiatan surfing, sunbathing, dan kegiatan santai lainnya. Di
sore hari, banyak orang yang menghabiskan untuk bermain bola atau hanya sekedar
menikmati indahnya sunset pantai Kuta.
Selain terdapat perbedaan yang sangat
mencolok antara Tanjung pasir dan Kuta seperti yang tertera di atas, ternyata
kedua pantai ini juga memiliki persamaan, yaitu mengenai masalah yang dihadapi
berupa penumpukan sampah. Keberadaan
sampah dalam satu objek wisata tidak dapat kita hindari, tapi harusnya ini
menjadi perhatian yang serius oleh setiap pengelola objek wisata.
Dalam
dunia pariwisata kita mengenal adanya istilah “Community Based Development”.
Dimana pengembangan suatu kawasan wisata sepenuhnya diserahkan kepada
masyarakat sebagai pengelola dan menjaga keberadaan objek wisata tersebut. Maka
dari itulah persoalan sampah adalah merupakan persoalan kita semua, bukan hanya
dalam dunia pariwisata tapi dalam sektor lain sepanjang manusia itu hidup dan
berada.
Masyarakat Sekitar Pantai Tanjung pasir
Pada awalnya, penduduk asli sekitar
pantai Tanjung Pasir tergolong ke dalam Betawi Pesisir dan sedikit Betawi
Udik. Tetapi karena banyak orang-orang dari luar yang melihat potensi besar
pada wilayah ini dengan mendirikan tambak yang jumlahnya mecapai puluhan
hektar, golongan asli Tanjung Pasir (Betawi Pesisir dan Betawi Udik) mulai
tercampur dan membaur dengan orang-orang dari golongan atau suku lain. Hal
tersebut disebabkan orang-orang yang memiliki tambak, lebih suka tambak yang
dimilikinya diurus atau dikelola oleh orang luar (bukan penduduk Tanjung Pasir),
seperti orang Jawa.
Selain itu, tidak menutup sedikit
para pekerja dari luar tersebut (Jawa) menikah dengan penduduk setempat sampai
memiliki keturunan yang akhirnya berdomisiri di Tanjung Pasir, meskipun
sesekali pulang ke Jawa (pada hari raya misalnya).
Dari percampuran kedua suku tesebut
maka secara otomatis akan menyebabkan perubahan budaya pada kedua suku
tersebut. Misalnya seorang pekerja dari Jawa yang menikah dengan wanita asli
Teluk Naga (khusunya:Tanjung Pasir) maka ia tentu akan mengikuti budaya yang
ada di Teluk Naga, begitupun sebaliknya, wanita tersebut tentu akan sedikit mengikuti
budaya Jawa.
Mayoritas penduduk sekitar pantai Tanjung
Pasir adalah Bergama Islam dan memiliki
mata pencaharian yang berhubungan dengan perikanan. Wilayah permukiman mereka
berada di antara kolam-kolam ikan (tambak) yang bukan lagi miliknya. Orang
kampung ini umumnya saling mengenal dengan baik di antara mereka. Dalam
waktu-waktu senggang, mereka banyak menggunakan waktunya untuk nongkrong dan
bercanda di balai-balai depan rumahnya.
Mata pencaharian mereka menangkap
ikan di muara sungai dan di tepian laut dengan cara yang sederhana. Di muara
sungai, penduduk sekitar pantai menggunakan perangkap ikan (serok) dan jala
dengan hasil tangkapan yang tidak banyak. Di tepian laut, penduduk sekitar
pantai (nelayan) menggunakan minimal dua perahu (yang juga bukan miliknya) dan
perangkap ikan (serok) dengan kedalaman 3-7 meter. Cara ini selain cukup rumit untuk
dilakukan, juga hanya dapat dilakukan di tepi pantai. Selain itu, cara ini
tidak banyak dilakukan di lepas pantai. Itupun hasilnya juga tidak banyak dan
hasil tangkapan ikannya masih dibagi-bagi lagi dengan pemilik perahu, dengan
perbandingan satu bagian bagi nelayan dan dua bagian bagi pemilik perahu. Hasil
tangkapan ikan umumnya dijual ke pasar ikan di Kamal Muara melalui laut.
Yang dijual adalah jenis ikan yang bagus-bagus, sisanya dipakai untuk makan
sendiri.
Penghasilan mereka dalam sehari
rata-rata Rp. 15.000,-. Dalam kondisi bagus mereka bisa memperoleh penghasilan
Rp. 40.000,- sedangkan kalau lagi apes mereka tidak mendapatkan apa-apa bahkan
harus merogoh saku mereka untuk beli minyak dan solar.
Berbeda dengan sekarang, penduduk
pesisir pantai Tanjung Pasir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang berkaitan
dengan faktor ekonomi tidak lagi terpaku pada mata pencaharian sebagai nelayan.
Hal tersebut dikarenakan sudah semakin banyaknya anak-anak di pesisir pantai Tanjung
Pasir yang memiliki ijazah SMA sehingga mereka lebih memilih untuk untuk
berkerja di Perseroan Terbatas (PT). Pendapat yang mereka dapatkan pun lebih
baik ketimbang menjadi nelayan, kurang lebih sekitar 1. 200. 000 per bulan.
Meskipun demikian, hal tersebut tidak serta merta membuat mereka meninggalkan
pekerjaan yang sudah dijalani turun temurun, sesekali setiap hari libur kerja
mereka membantu orang tuanya untuk mencari ikan.
Masyarakat Sekitar Pantai Kuta Bali
Penghuni pertama pulau Bali (umumnya) diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang
bermigrasi dari Asia. Peninggalan
peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di
bagian Barat pulau. Zaman prasejarah kemudian
berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Sansekerta dari India pada 100 SM.
Awalnya
kebudayaan masyarakat pantai Kuta juga masih sangat kental. Tak ada bangunan
permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang ditinggali oleh
masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat ladang yang digunakan
penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai dan langsung diterpa ombak
menyebabkan tak ada penduduk yang melaut. Bila melihat ke belakang, akan tampak
dua buah bukit yang bagian lerengnya digunakan penduduk setempat untuk menanam
jagung sebagai sumber makanan pokok. Tapi sekarang tanah di puncak bukit
tersebut telah dibeli oleh investor untuk dibangun sebuah villa yang harapannya
bisa digunakan sebagai penginapan wisatawan.
Mata
pencaharian penduduk sekitar patai Kuta awalnya ada yang bercocok tanam,
seperti menanam jagung dan lainnya, tetapi hal tersebut sudah jarang terlihat
di Kuta karena sulitnya lahan akibat dari berdirinya villa-villa untuk
penginapan wisatawan. Mata pencaharian penduduk sekitar pantai Kuta sekarang
sudah mengalami peralihan, dimana sudah didominasi dengan usaha buah tangan,
artinya banyak penduduk sekitar Kuta yang menjual oleh-oleh berupa kerajinan,
makanan dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sumber:
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/sepanjang/
http://shannypersonalblog.wordpress.com/2011/04/08/menyoal-sampah-di-pantai-kuta-bali/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Kuta
http://www.promolagi.com/tips_det.php?tip=257Pantai
Tanjung Pasir Tangerang
Casinos & Slot Machines Near Me - JamBase
BalasHapusFind out where 수원 출장마사지 you can 영천 출장안마 get 제주 출장안마 closest to Casinos & Slot Machines in New Jersey. Find 서울특별 출장마사지 the closest 거제 출장마사지 casinos to you and where you can get closest to