quickedit{display:none;}

Selasa, 07 Oktober 2014

Antara Tanjung Pasir dan Kuta

Oleh : Muhammad Iqbal Fauzi

Antara Tanjung Pasir dan Kuta
Allah memberkahi Indonesia dengan keindahan alam yang sangat luar biasa, salah satunya adalah pantai. Di Indonesia banyak sekali pantai yang menyuguhkan keindahan fanorama alam yang menawan. Sebut saja yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia adalah pantai Kuta di Bali dan pantai-pantai lainnya yang juga memiliki potensi yang luar biasa tetapi masih terlalu asing bahkan untuk orang Indonesia sendiri, seperti pantai Tanjung Pasir (Promontory of sand Beach) yang ada di Teluknaga Tangerang Banten.
Kabupaten Tangerang Banten, mempunyai potensi bahari dengan garis pantai Utara-nya yang panjangnya berkisar 50 KM, dari Pantai Dadap sampai Pantai Kronjo yang meliputi 7 kecamatan, yaitu: Kosambi, Teluknaga, Paku Haji, Kronjo, Sukadiri, Kemiri dan Mauk. Salah satu kawasan wisata bahari yang cukup ramai dikunjungi orang saat liburan, baik liburan akhir pekan atau liburan nasional lainnya adalah pantai Tanjung Pasir yang masuk wilayah kecamatan Teluknaga.


Sekilas tentang Teluknaga
Teluknaga adalah salah satu Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang dengan Jumlah penduduk kurang lebih sekitar 500.000 Jiwa yang tersebar ke dalam 13 desa. Mayoritas masyarakat Teluknaga tergolong ke dalam Betawi Pesisir meskipun ada juga yang tergolong Betawi udik. Wilayah yang saat ini dipimpin oleh seorang Camat bernama Mulyadi,S.Sos.M.Si ini memiliki batas-batas wilayah yang antara lain:
·         Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
·         Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta, dan Laut Jawa.
·         Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Salembaran Jati
·         Sebelah Barat berbatasan dengan desa Tegalangus, dan desa Tanjung Pasir

Menuju ke pantai Tanjung Pasir yang jaraknya berkisar +/- 29 KM dari Kota Tangerang atau +/- 25 KM dari exit pintu M-1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta melalui jalan Marsekal Surya Darma (Jalan Selapajang). Setelah itu melewati daerah Kampung Melayu Teluknaga, selepas pasar Kampung Melayu maju sekitar 200 meter ambil arah kanan persis di depan sekolah Strada, kita sudah memasuki jalan Tanjung Pasir. Dimana setelah memasuki jalan Raya Tanjung Pasir para pengguna jalan akan disuguhkan dengan suasana pedesaan yang cukup bersih dan rapi, dengan jalan yang bagus, berkisar 15 menit menuju Pantai Tanjung Pasir. Selain itu pengguna jalan akan pula disuguhi puluhan rumah makan/saung-saung ala seafood dengan bangunan bambu di sebelah kiri jalan dan beberapa di sebelah kanan yang siap menanti setiap orang yang ingin mampir makan dengan menu spesial ikan bakarnya. Kondisi jalan menuju ke pantai cukup bagus, dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi dengan layanan interlokal, jaringan listrik dan prasarana air bersih
Selain itu, tepatnya di Jalan Tanjung Pasir KM.7, kita akan temui papan nama besar tertulis Tanjung Pasir Resort-Fishing, Hotel, Cafe, Restaurant and Pool dan di sebelah kanan ada Taman Buaya Tanjung Pasir-Taman Rekreasi & Hiburan, tempat penangkaran buaya, dengan ciri khas di depannya ada patung buaya besar. Tempat di atas tersebut hanya terdapat satu saja sepanjang jalan menuju Pantai Tanjung Pasir, karena lebih didominasi dengan tempat-tempat bernuansa tradisional. Hal tersebut sangat jauh berbeda dengan keadaan menuju pantai Kuta Bali, dimana sangat didominasi dengan tempat-tempat modern (pertokoan, hotel, cafe, restoran, tempat pemancingan modern, dan lain-lain).
Setelah melewati gapura Selamat Datang Di Desa Tanjung Pasir, sekitar 200 meter melewati rumah-rumah penduduk setempat, pintu Selamat Datang di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir-Penyeberangan Pulau Seribu dengan penjagaan beberapa orang untuk menyodorkan tiket tanda masuk, barulah kita menemui suasana pantai dengan perahu-perahu kayu siap mengantar kita ke Pulau Seribu, karena pantai Tanjung Pasir ini merupakan salah satu akses menuju Kepulauan Seribu.
Berbeda dengan tempat wisata pantai lainnya, pantai Tanjung Pasir tidak terdapat toko-toko yang menjual buah tangan untuk para pengunjung, selain itu kondisi air laut pantai ini tidak seperti pantai wisata lainnya, yaitu bersih dan biru, karena kondisi air laut pantai Tanjung Pasir sangat kotor dan tidak menarik. Tapi hal tersebut tidak menjadikan pantai Tanjung Pasir sepi pengunjung. Yang menjadi daya tarik utama pantai ini adalah, karena pantai Tanjung Pasir merupakan akses untuk berkunjung ke Pulau Untung Jawa (salah satu pulau di Kepulauan Seribu) dan wisata pantai terdekat bagi warga masyarakat kota dan kabupaten Tangerang. Oleh karena merupakan akses untuk berkunjung ke Kepulauan Seribu itulah penulis berkeyakinan bahwa Pantai Tanjung Pasir akan mengalami kemajuan tiap tahunnya, terlebih lagi setelah dicanangkannya pantai Tanjung Pasir sebagai wisata pantai berkapasitas mancanegara.
Untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan, pantai Tanjung Pasir haruslah bercermin pada pantai Kuta Bali. Bercermin disini bukan dalam artian meniru budaya masyarakat sekitar pantai Kuta, tetapi meniru pelestariann alamnya yang baik. Diantara usaha pemerintah setempat untuk menguatkan citra Tanjung Pasir sebagai kawasan pariwisata adalah sering digelarnya pesta nelayan yang diselenggrakan setiap satu tahun sekali.
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.
Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai menuju pantai Legian. Rosovivo, Ocean Beach Club, Kamasutra, adalah beberapa club paling ramai di sepanjang pantai Kuta. Berbeda bukan dengan keadaan pantai Tanjung Pasir, di Tanjung Pasir tidak mungkin ditemukan club seperti di Bali. Pantai ini juga memiliki ombak yang cukup bagus untuk olahraga selancar (surfing), terutama bagi peselancar pemula.
Pantai Kuta, pantai yang terkenal karena sunsetnya, selalu menjadi pilihan utama bagi wisatawan domestik maupun asing yang berlibur ke Bali. Pantai dengan pasir putih ini membentang panjang sampai ke kawasan airport Bali I Gusti Ngurai Rai dan kawasan wisata Seminyak atau Kerobokan.
Di siang hingga sore hari, Pantai Kuta banyak digunakan sebagai kegiatan surfing, sunbathing, dan kegiatan santai lainnya. Di sore hari, banyak orang yang menghabiskan untuk bermain bola atau hanya sekedar menikmati indahnya sunset pantai Kuta.
Selain terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara Tanjung pasir dan Kuta seperti yang tertera di atas, ternyata kedua pantai ini juga memiliki persamaan, yaitu mengenai masalah yang dihadapi berupa penumpukan sampah. Keberadaan sampah dalam satu objek wisata tidak dapat kita hindari, tapi harusnya ini menjadi perhatian yang serius oleh setiap pengelola objek wisata.
Dalam dunia pariwisata kita mengenal adanya istilah “Community Based Development”. Dimana pengembangan suatu kawasan wisata sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat sebagai pengelola dan menjaga keberadaan objek wisata tersebut. Maka dari itulah persoalan sampah adalah merupakan persoalan kita semua, bukan hanya dalam dunia pariwisata tapi dalam sektor lain sepanjang manusia itu hidup dan berada.

Masyarakat Sekitar Pantai Tanjung pasir
Pada awalnya, penduduk asli sekitar pantai Tanjung Pasir tergolong ke dalam Betawi Pesisir dan sedikit Betawi Udik. Tetapi karena banyak orang-orang dari luar yang melihat potensi besar pada wilayah ini dengan mendirikan tambak yang jumlahnya mecapai puluhan hektar, golongan asli Tanjung Pasir (Betawi Pesisir dan Betawi Udik) mulai tercampur dan membaur dengan orang-orang dari golongan atau suku lain. Hal tersebut disebabkan orang-orang yang memiliki tambak, lebih suka tambak yang dimilikinya diurus atau dikelola oleh orang luar (bukan penduduk Tanjung Pasir), seperti orang Jawa.
Selain itu, tidak menutup sedikit para pekerja dari luar tersebut (Jawa) menikah dengan penduduk setempat sampai memiliki keturunan yang akhirnya berdomisiri di Tanjung Pasir, meskipun sesekali pulang ke Jawa (pada hari raya misalnya).
Dari percampuran kedua suku tesebut maka secara otomatis akan menyebabkan perubahan budaya pada kedua suku tersebut. Misalnya seorang pekerja dari Jawa yang menikah dengan wanita asli Teluk Naga (khusunya:Tanjung Pasir) maka ia tentu akan mengikuti budaya yang ada di Teluk Naga, begitupun sebaliknya, wanita tersebut tentu akan sedikit mengikuti budaya Jawa.
Mayoritas penduduk sekitar pantai Tanjung Pasir adalah Bergama Islam dan memiliki mata pencaharian yang berhubungan dengan perikanan. Wilayah permukiman mereka berada di antara kolam-kolam ikan (tambak) yang bukan lagi miliknya. Orang kampung ini umumnya saling mengenal dengan baik di antara mereka. Dalam waktu-waktu senggang, mereka banyak menggunakan waktunya untuk nongkrong dan bercanda di balai-balai depan rumahnya.
Mata pencaharian mereka menangkap ikan di muara sungai dan di tepian laut dengan cara yang sederhana. Di muara sungai, penduduk sekitar pantai menggunakan perangkap ikan (serok) dan jala dengan hasil tangkapan yang tidak banyak. Di tepian laut, penduduk sekitar pantai (nelayan) menggunakan minimal dua perahu (yang juga bukan miliknya) dan perangkap ikan (serok) dengan kedalaman 3-7 meter. Cara ini selain cukup rumit untuk dilakukan, juga hanya dapat dilakukan di tepi pantai. Selain itu, cara ini tidak banyak dilakukan di lepas pantai. Itupun hasilnya juga tidak banyak dan hasil tangkapan ikannya masih dibagi-bagi lagi dengan pemilik perahu, dengan perbandingan satu bagian bagi nelayan dan dua bagian bagi pemilik perahu. Hasil tangkapan ikan umumnya dijual ke pasar ikan di Kamal Muara melalui laut. Yang dijual adalah jenis ikan yang bagus-bagus, sisanya dipakai untuk makan sendiri.
Penghasilan mereka dalam sehari rata-rata Rp. 15.000,-. Dalam kondisi bagus mereka bisa memperoleh penghasilan Rp. 40.000,- sedangkan kalau lagi apes mereka tidak mendapatkan apa-apa bahkan harus merogoh saku mereka untuk beli minyak dan solar.
Berbeda dengan sekarang, penduduk pesisir pantai Tanjung Pasir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang berkaitan dengan faktor ekonomi tidak lagi terpaku pada mata pencaharian sebagai nelayan. Hal tersebut dikarenakan sudah semakin banyaknya anak-anak di pesisir pantai Tanjung Pasir yang memiliki ijazah SMA sehingga mereka lebih memilih untuk untuk berkerja di Perseroan Terbatas (PT). Pendapat yang mereka dapatkan pun lebih baik ketimbang menjadi nelayan, kurang lebih sekitar 1. 200. 000 per bulan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak serta merta membuat mereka meninggalkan pekerjaan yang sudah dijalani turun temurun, sesekali setiap hari libur kerja mereka membantu orang tuanya untuk mencari ikan.

Masyarakat Sekitar Pantai Kuta Bali
Penghuni pertama pulau Bali (umumnya) diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian Barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Sansekerta dari India pada 100 SM.
Awalnya kebudayaan masyarakat pantai Kuta juga masih sangat kental. Tak ada bangunan permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang ditinggali oleh masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat ladang yang digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai dan langsung diterpa ombak menyebabkan tak ada penduduk yang melaut. Bila melihat ke belakang, akan tampak dua buah bukit yang bagian lerengnya digunakan penduduk setempat untuk menanam jagung sebagai sumber makanan pokok. Tapi sekarang tanah di puncak bukit tersebut telah dibeli oleh investor untuk dibangun sebuah villa yang harapannya bisa digunakan sebagai penginapan wisatawan.
Mata pencaharian penduduk sekitar patai Kuta awalnya ada yang bercocok tanam, seperti menanam jagung dan lainnya, tetapi hal tersebut sudah jarang terlihat di Kuta karena sulitnya lahan akibat dari berdirinya villa-villa untuk penginapan wisatawan. Mata pencaharian penduduk sekitar pantai Kuta sekarang sudah mengalami peralihan, dimana sudah didominasi dengan usaha buah tangan, artinya banyak penduduk sekitar Kuta yang menjual oleh-oleh berupa kerajinan, makanan dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sumber:
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/sepanjang/
http://shannypersonalblog.wordpress.com/2011/04/08/menyoal-sampah-di-pantai-kuta-bali/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Kuta
http://www.promolagi.com/tips_det.php?tip=257Pantai Tanjung Pasir Tangerang

1 komentar:

  1. Casinos & Slot Machines Near Me - JamBase
    Find out where 수원 출장마사지 you can 영천 출장안마 get 제주 출장안마 closest to Casinos & Slot Machines in New Jersey. Find 서울특별 출장마사지 the closest 거제 출장마사지 casinos to you and where you can get closest to

    BalasHapus